Teman ngeteh,
Salah satu ajaran jawa yang sering kita dengar adalah “nrimo ing pandum”. Secara harfiah, nrimo berarti menerima, ing berarti dalam, sedangkan pandum artinya pemberian. Sehingga terjemahan bebasnya bisa diartikan dan dipahami sebagai “menerima segala yang telah diberikan(Nya)”. Bisa jadi teman ngeteh mempunyai pandangan lain mengenai penerjemahan frasa tersebut.
Hal yang saya bahas dalam tulisan kali ini bukanlah mengenai arti itu sendiri melainkan hal lain yang tersimpan dalm kata tersebut.
Menerima (Nrimo) dapat kita pahami sebagai keadaan dan sikap yang terbuka, jantan, siap dengan konsekuensi, serta menjalani segala yang sudah menjadi resiko akibat sesuatu sebelumnya.
Orang yang tidak nrimo dapat ditengarai dengan sikapnya yang kurang terbuka alias ada yang ditutup-tutupi, yakni sikapnya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Orang yang tidak nrimo dapat kita jumpai juga pada sikapnya yang penuh protes, mengeluh pada keadaan, serta resah dalam menerima konsekuensi atas apa yang dia dapat.
Bukankah itu justru baik, yakni membuat orang makin berusaha?
Timbul pertanyaan lain, bukankah nrimo berarti pasrah dan kurang berusaha?
Teman ngeteh,
Jika kita mengukur segala hal hanya pada pencapaian duniawi saja, maka semua definisi-definisi duniawi bisa menjadi kabur. Contohnya adalah definisi kata “nrimo” ini.
Apabila rujukan adalah pencapaian karir dan kepemilikan harta. Maka sikap nrimo dapat diterjemahkan dengan silap orang yang mudah puas, asal cukup saja, kurang punya passion untuk maju. Atau jika rujukan adalah dalam pencapaian karir, maka nrimo bisa diterjemahkan sebagai sikap yang tidak punya ambisi menggapai puncak karir.
Teman ngeteh boleh setuju dan juga tidak. Apabila tidak sependapat, barangkali teman ngeteh adalah golongan orang yang merujuk pada hal non-keduniawian, yang mana nrimo bukan berarti mudah puas, namun mensyukuri apa yang telah didapat tanpa mengeluh dengan apa yang tidak didapat. Kemudian, nrimo diterjemahkan sebagai bersedia dengan siap terhadap posisi yang diamanatkan padanya tanpa mengganggu posisi yang tidak diamanatkan padanya (walaupun mungkin pada mulanya ingin di posisi itu).
Teman ngeteh,
Mungkin yang sependapat dengan saya akan berkata bahwa nrimo itu dapat diterjemahkan sebagai sikap iklhas. Ikhlas pada apa yang didapat, dan ikhlas pada apa yang tidak didapat.
Hal yang didapat bisa berupa pangkat, rejeki, jodoh, dan pemberian-pemberianNya yang lain. Sedangkan hal yang tidak didapat itu bisa berupa kehilangan, ketidakberhasilan meraih sesuatu, ataupun cobaan-cobaanNya yang lain.
Barangkali boleh jika saya bilang apabila melengkapi kalimat itu bahwa kita hendaknya “Nrimo ing pandum lan nrimo nalika ora kaduman” yang terjemahan bebasnya kurang lebih “ikhlas menerima saat mendapat sesuatu dan juga ikhlas menerima saat tidak mendapat sesuatu”.
Saya berpendapat dengan sifat itu, hati kita selalu sejuk tanpa menjadi dingin, pribadi kita selalu menyala tanpa membakar rusak segala yang mana bisa menghangatkan sekitar.
Semoga postingan ini dapat menjadikan renungan bagi kita sambil menikmati teh hangat.
Ikhtiar dan tawakal.
lagi berusaha nrimo di tempat kerja ya de?
kekeke..
maksudnya ikhlas kali ya 🙂
klo yg itu, gw jg harus bnyaaaak belajar.
jadi orang nrimo itu kayanya hidupnya tenang ya 🙂
…temen-temen, mampir iah ke blogkuuu, aku lagi ikutan lomba blog niihh,jangan lupa kasih coment iahhh,, kontribusi kalian sangat berarti …langsung klik ini iah : http://pelangiituaku.wordpress.com/2010/05/10/seorang-cowok-menjaga-kesehatn-kulit-wajar-nggak-sih/ … semangat blogger 2010 !!!! …makasiihh =)
Apa kabar mas?
Isik eling karo aku?
hahaha
Bukankah diajaran kita juga diajarkan Qanaah. Secara garis besar menerima segala sesuatunya dengan ikhlas. Kata teman saya lakukan yang terbaik dahulu, dan Biar Allah yang menentukan hasillnya.
Saya rasa juga demikian di karir, kalau kita bagus secara otomatis prestasi juga akan mengikuti.
Bener sekali sobat, kata kata ini membuat saya merenung :
“Saya berpendapat dengan sifat itu, hati kita selalu sejuk tanpa menjadi dingin, pribadi kita selalu menyala tanpa membakar rusak segala yang mana bisa menghangatkan sekitar”
Bener sekali sobat, kata kata ini membuat saya merenung :“Saya berpendapat dengan sifat itu, hati kita selalu sejuk tanpa menjadi dingin, pribadi kita selalu menyala tanpa membakar rusak segala yang mana bisa menghangatkan sekitar”
+1
bagaimana cara mengaplikasikan :
ikhlas + sabar – emosi ?
Pingback: Teman nge-Teh « leagirls