Krakatau

Teman Ngeteh,

Kita semua sudah mengetahui Krakatau, namun apakah semua sudah mengetahui nama apakah sebenarnya Krakatau itu? Ada yang berkata bahwa Krakatau adalah nama sebuah gunung di tengah laut Selat Sunda yang sangat terkenal itu. Ada pula yang berkata, itu adalah nama gunung pada jaman dahulu yang meledak kemudian di bekas ledakannya muncul Anak Krakatau. Kali ini, sambil menikmati teh hangat, saya ingin mengulas kembali hal-hal mengenai Krakatau yang mungkin diantaranya ada yang baru kita ketahui bersama. Tentunya, yang saya bahas bukanlah saham Krakatau Steel yang sekarang sedang ramai dibahas di media.

Yang disebut Krakatau adalah nama sebuah kepulauan vulkanik aktif yang berada di Selat Sunda. Namun pada jaman dahulu, Krakatau adalah juga nama salah satu puncak gunung api di sana (Gunung Krakatau, yang merupakan gabungan tiga puncak gunung Rakata-Danan-Perbuwatan) yang sirna karena ledakannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Sebelumnya, pada tahun 338 Saka (416 M), juga ada Krakatau Purba yang ledakannya telah memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Catatan ini diambil dari Kitab Pararaton (Buku Raja-Raja) yang juga menyebutkan bahwa pada jaman dahulu, Pulau Sumatera dan Pulau Jawa menjadi satu dan kemudian dipisahkan oleh ledakan itu. Berikut petikannya:

Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari arah Gunung Batuwara (Sekarang disebut Pulosari, Gunung Vulkanik yang juga musnah di daerah Banten), api besar menyala di langit,. ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Api ini tidak malah memadamkan api erupsi yang juga terjadi di Gunung Kapi (Gunung Purba di daerah Banten) tetapi malah seakan menambah api erupsi itu, suara gaduhnya sungguh menakutkan. Kemudian Gunung Kapi retak dan luluh lantak dengan tanah dengan suara yang menggelegar. Kemudian permukaan air laut terlihat naik menggenangi wilayah di timur Batuwara sampai gunung Rajabasa (gunung paling selatan Pulau Sumatera sekarang) dan menyapu semua yang ada. Kemudian permukaan air laut yang menggenagi wilayah itu turun namun daerah sekitar Kapi menjadi laut dan Pulau Jawa (Jawadwipa) terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera (Swarnadwipa).

Continue reading

Tanggap Darurat Bencana (Emergency Response Plan) di Indonesia

Teman Ngeteh (ngeteh.wordpress.com),

Beberapa waktu belakangan, di Indonesia terjadi beberapa bencana alam bertubi-tubi. Dimulai dari peristiwa banjir di beberapa kota, tanah longsor di Wasior, gempa di Mentawai, dan gunung meletus di Merapi. Dalam tulisan saya kali ini, saya ingin mengulas contoh kasus gempa dan gunung meletus dan pendapat saya mengenai hal bencana ini kepada semua pihak, terutama pemerintah.

Sedikit mengulas pelajaran yang telah kita pelajari bersama sejak SD , Indonesia terletak diantara tiga lempeng tektonik yang membuat Indonesia rawan terjadi gempa saat terjadi pergeseran lempeng tersebut.

Itulah mengapa gempa dan tsunami banyak terjadi di areal Samudera Hindia, dan daerah utara Sulawesi, Maluku, dan Papua, seperti ditunjukkan dalam noktah merah gambar pertama di atas. Apalagi, perbatasan lempeng tersebut sifatnya konvergen, yang mana merupakan tipe batas lempeng berbahaya seperti ilustrasi di bawah ini.

Saat terjadi pergeseran, lempeng A “masuk” ke dalam lempeng B yang dinamakan subduksi. Pinggir-pinggir lempeng jadi patah dan menyebabkan gempa atau tsunami jika terjadi di lautan.

Kemudian, Indonesia juga terletak di dalam Lingkar Gunung Api/Sirkum Pasifik (Ring of Fire) dan Sabuk Alide (Alpide Belt) atau yang disebut juga Sirkum Mediterania.

Sabuk-sabuk tersebut terjadi oleh pergerakan dan tumbukan lempeng-lempeng dunia yang telah disebutkan sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan banyaknya gunung berapi dan gempa di Indonesia.

Lantas, apakah hubungan itu semua dengan judul yang saya tulis? Tidak lain adalah mengenai emergency response atau tanggap darurat bencana yang dibuat untuk menghadapi bencana-bencana seperti ini. Apakah permerintah belum membuat rencana tanggap darurat bencana? Jawabannya adalah sudah. Kita bisa membacanya dalam Pedoman Komando Tanggap Darurat yang bisa teman ngeteh download dengan menyimpan (save) link tersebut. Pedoman tersebut dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga menerbitkan pedoman-pedoman lain diantaranya:

Continue reading

Minderwaardigheids Complexen

Teman ngeteh,

Adakah teman yang sudah mengetahui frasa “Minderwaardigheids Complexen”? Mungkin kebanyakan diantara teman sekalian baru saja mengetahui frasa ini, begitupun dengan saya. Saya sendiri mendapatkan frasa ini setelah saya membaca kumpulan pidato Bung Karno pada peringatan 17 Agustus 1955 yang berbunyi :

Sepuluh tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang yang dihinggapi minderwaardigheids complexen terhadap orang asing, masih ada saja orang-orang yang lebih mengetahui dan mencintai kultur Eropa dari pada kultur Beograd. Sehatkanlah kehidupan polltik kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau bisa, hei Rakyat, sebab engkaulah yang menjadi hakim. Bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan Angkatan Perang, bukan Kabinet.

Kalimat itu, Bung Karno ucapkan tatkala melihat sebagian wajah (oknum) bangsa yang tampak minder dan mencla-mencle ketika berhadapan dengan orang asing. Sikap tersebut dapat dipahami karena pada dasarnya bangsa Indonesia seharusnya mengambil sikap sejajar dengan bangsa lain bukannya merasa inferior terhadap bangsa lain.

Postingan pendek ini ditulis untuk sekedar memberitahukan frasa ini bagi pengunjung kedai teh ini atau untuk didiskusikan.

Salam hangat.

Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.