Hampir semua orang di Indonesia mengenal duit.Ā Semua kalangan memakai duit, apapun bentuknya, dan bagaimanapun caranya. Namun, tak sedikit pula yang belum mengetahui darimana asal istilah “duit”. Istilah ini agaknya lebih populer dari saudara bakunya, “uang”, karena beberapa bahasa daerah juga mengenal istilah “duit”.
Secara umum, duit adalah satuan koin Belanda yang setara dengan dua penny. Delapan duit ini setara dengan satu stuiver sampai jaman Peperangan era Napoleon. Jaman dahulu, sistem uang Belanda tidaklah berbasis kelipatan sepuluh (desimal). Namun, di jaman modern sekarang, setelah desimalisasi mata uang Belanda, istilah satu stuiver dipakai untuk menunjukkan sekeping lima sen. Sekarangpun, setelah pemakaian mata uang euro, satu stuiver menunjukkan lima sen euro. Kembali kepada duit, 160 duit menunjukkan satu gulden (jaman dahulu setara 20 stuiver).

Duit VOC di British Museum
Istilah duit menjadi merasuk kepada banyak kalangan di Indonesia (dan juga sekitarnya) karena peran serta VOC yang telah ada di Nusantara sejak tahun 1596 saat ekspedisi pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman masuk wilayah Nusantara, yang mendarat di pelabuhan Banten sebagai pelabuhan utama Jawa bagian barat (saat itu Nusantara masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan). Maka dari itu, orang Bantenlah yang pertama mengetahui duit. Kemudian, karena Cornelis berseteru dengan penduduk Banten dan Portugis, akhirnya dia menyingkir ke timur melalui pantai utawa Jawa, namun lagi-lagi berkonflik dengan penduduk setempat, yakni penduduk Sedayu sehingga menewaskan 12 awaknya. Namun, dengan kejadian ini, duit menjadi diperkenalkan di daerah Sedayu. Setelah peristiwa itu, Cornelis terus mencari daerah lain untuk berdagang, namun lagi-lagi Cornelis berkonflik dengan penduduk Madura yang mengakibatkan terbunuhnya seorang pemimpin di salah satu daerah Madura. Setalah peristiwa ini, Cornelis kembali ke Belanda dengan membawa rempah-rempah yang telah dinilai cukup untuk membawa banyak keuntungan. Akibatnya, secara tidak langsung, duit menjadi beredar pula di Madura.
Tahun berganti tahun, makin banyak kapal Belanda datang ke nusantara untuk membeli rempah-rempah, sambil mendirikan pos-pos VOC di Batavia (Jakarta), serta daerah-daerah lain di Hindia Timur (Indonesia) seperti Maluku dan Banda sambil menjalankan politik monopolinya. Hingga akhirnya pada tahun 1603, VOC mendapat ijin untuk mendirikan kantor perwakilan di Banten dan mengangkat gubernur jenderal pertamanya, yakni Pieter Both yang memilih pusat administrasinya di Batavia. Disamping itu pula, didirikan pula kantor-kantor untuk gubernur seperti Frederik de Houtman di Ambon. Dari sinilah era babak baru kolonialiasasi di Nusantara dimulai secara perlahan-lahan. Duit mulai beredar luas di masyarakat dan memudahkan VOC memegang kendali atas ekonomi.
Saya sendiri mempunyai sebuah koin duit tahun 1800-an namun saat itu dipakai kakek untuk kerokan dan sekarang entah dimana.
salam kenal dan persahabatan dari blogger ngawi.
http://kotangawi.com
Wuih. Baru tau asal kata duit de..
Ternyata satuan koin belanda ya.
*mengangguk2*
Kok ya tau aja kamu?
Jadi ingat, saat mau berangkat ke Bogor, alm ibu membekali koin benggol, yang memang enak buat kerokan. Dan koin itu makin menipis karena dipakai setiap kali mau kerokan…dan koin tsb akhirnya mesti pensiun saat saya menikah, karena makin tipis….
hmekeke…
kalo duit dari belanda, maka saya pilih istilah kepeng saja lah… š
terima kasih atas postingan yg informatif ini mas…
seingat saya waktu kecil dulu, uang koin jaman belanda krn dianggap sdh nggak laku lagi akhirnya mmg dipake sbg obat masuk angin… š
Duit lagi duit…dimana mana pake duit….